Menganalisis Continuity

Setelah selesai memahami hubungan antar shot atau dimensi editing, membuat film membutuhkan sebuah konsep editing untuk membentuk scene. Konsepsi ini yang membuat penonton memahami ruang dan waktu di dalam film. Konsep editing terbagi menjadi dua konsep besar, yaitu konsep kesinambungan editing (continuity editing) dan konsep alternative terhadap kesinambungan editing (alternatives to continuity editing).





A. Konsep Continuity Editing

Konsep continuity editing (kesinambungan editing) merupakan konsep yang paling banyak digunakan oleh para pembuat film. Tujuannya adalah membuat penonton merasa nyaman. Dengan kata lain tidak terganggu  oleh ketidakjelasan ruang maupun waktunya. Konsep ini sendiri terbagi menjadi spatial continuity (kesinambungan ruang) dan temporal continuity (kesinambungan waktu).


1. Spatial Continuity (kesinambungan ruang)

Konsep ini membantu pembuat filmnya menguraikan ruang secara utuh. Tujuannya agar penonton tidak bingung dengan konsep ruang di dalam film. Dikarenakan scene yang banyak digunakan dalam pembuatan film adalah adegan dialog, maka mode scene seperti itulah yang digunakan dalam menjelaskan konsepsi ini. Dalam kesinambungan ruang sendiri ada beberapa syarat yang harus diperhatikan. Selama pembuat film menggunakan konsep continuity editing, maka syarat-syaratnya harus ditaati. Ada lima syarat di dalam kesinambungan ruang ini. Secara teknis empat syarat pertama akan dijalankan oleh pembuat film saat shooting. Sedangkan syarat kelima akan dijalankan oleh seorang editor di ruang editing.



2. Temporal Continuity (Kesinambungan Waktu)

Konsep waktu menjadi permasalahan yang tidak sederhana dalam film. Dalam film-film sudah beredar, banyak membuat film di Indonesia sering bermasalah dengan konsepsi waktu ini. Misalnya saja waktu penyelesaian yang terkesan terburu-buru, waktu pada plot yang berjalan terkesan lambat dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat dijelaskan dalam kesinambungan waktu di bawah ini.


2.1. Temporal Order (Urutan Waktu)

Waktu dalam kehidupan manusia merupakan waktu yang berjalan linear (lurus) progresif (maju ke depan) dan juga tidak terpenggal. Pembuat film mencoba menerjemahkan bentuk waktu ini ke dalam rangkaian gambar dan suara dalam urutannya.


Permasalahannya, shot yang dibuat oleh para pembuat film tersebut memiliki unsur materialnya. Sehingga pembuat film dapat dengan sengaja mengacak urutan shot tersebut. Contohnya, bila kita meminjam tanda alfabetik maka kita dapat mengurutkan waktu dalam film seperti di bawah ini. Konsepsi urutan waktu ini dapat dipahami dalam urutan plot atau scene (adegan).

 

2.2. Temporal Duration (Durasi Waktu)

Bagaimanapun, waktu akan selalu berhubungan dengan durasi. Seringkali pemahaman durasi lebih diarahkan kepada masa putar sebuah film. Padahal persoalan durasi lebih besar dari sekedar hal itu. Durasi di dalam film terbagi menjadi tiga bagian.


2.2.1. Story Duration (Durasi Cerita)

Durasi cerita adalah rentang waktu sebenarnya diceritakan kepada penonton. Banyak film yang menceritakan peristiwa yang durasinya panjang misalnya lima jam, sehari-semalam, tiga bulan, sepuluh tahun, bahkan hingga ratusan tahun. Tentu saja pada rentang waktu yang panjang, tidak mungkin semua peristiwanya dipertunjukkan kepada penonton. Oleh karena itu durasi cerita ini akan dipendekkan menjadi durasi plot.


2.2.2. Plot Duration (Durasi Plot)

Dalam film, plot adalah peristiwa atau penggalan peristiwa yang terlihat dan terdengar, yang kemudian dipilih karena dianggap penting oleh pembuat film. Peristiwa atau penggalan peristiwa tersebut lalu disusun sedemikian rupa sehingga menjadi jalinan peristiwa utuh yang nantinya membentuk sebuah cerita. Plot ini sendiri di Indonesia lebih dikenal dengan alur. 


2.2.3. Screen Duration (Durasi Pada Layar) 

Durasi layar (screen duration) merupakan panjang masa putar  sebuah film. Untuk film pendek (short film) dikenal dari durasi beberapa detik hingga tiga puluh menit. Screen Duration dengan panjang tiga puluh satu menit hingga lima puluh delapan menit disebut medium-length film. Sedangkan durasi layar di atas lima puluh delapan menit digunakan untuk film panjang (feature-length film).


2.3. Temporal Frequency (Frekuensi Waktu)

Frekuensi waktu adalah dengan adanya pengulangan waktu yang diperlihatkan secara fisik kepada penonton. Artinya penonton sadar akan adanya pengulangan waktu film yang sedang ditontonnya. Paling sederhana adalah dengan cara mengulang shot atau scene yang sudah pernah diperlihatkan sebelumnya. Dalam film V for Vendetta (2005) karya James McTeigue, diperlihatkan shot tokoh V yang terbakar muncul sebagai flashback dari ingatan tokoh dokter. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menganalisis aspek motivasi dan informasi pada setiap shot

  Element of Shot . Motivasi Motivasi, prinsip pertama elemen pengambilan gambar. Motivasi memberi alasan untuk memindahkan satu bidikan ke ...