Saya kali ini akan menjelaskan Konsep editing film, dimana anda telah mengetahui hubungan antar shot, scene dan sequence, dibawah ini ada video silahkan kalian tonton video tersebut, untuk memahami kaidah 180º dalam editing film di televisi.
Setelah selesai memahami hubungan antar shot atau dimensi editing, si pembuat film membutuhkan sebuah konsep editing untuk membentuk scene. Konsepsi ini yang membuat penonton memahami ruang dan waktu di dalam film. Konsep editing terbagi menjadi dua konsep besar, yaitu konsep kesinambungan editing (continuity editing) dan konsep alternative terhadap kesinambungan editing (alternatives to continuity editing).
Konsep Continuity Editing
Konsep continuity editing (kesinambungan editing) merupakan konsep yang paling banyak digunakan oleh para pembuat film. Tujuannya adalah membuat penonton merasa nyaman. Dengan kata lain tidak terganggu oleh ketidakjelasan ruang maupun waktunya. Konsep ini sendiri terbagi menjadi spatial continuity (kesinambungan ruang) dan temporal continuity (kesinambungan waktu).
Spatial Continuity (kesinambungan ruang)
Konsep ini membantu pembuat filmnya menguraikan ruang secara utuh. Tujuannya agar penonton tidak bingung dengan konsep ruang di dalam film. Dikarenakan scene yang banyak digunakan dalam pembuatan film adalah adegan dialog, maka mode scene seperti itulah yang digunakan dalam menjelaskan konsepsi ini. Dalam kesinambungan ruang sendiri ada beberapa syarat yang harus diperhatikan. Selama pembuat film menggunakan konsep continuity editing, maka syarat-syaratnya harus ditaati. Ada lima syarat di dalam kesinambungan ruang ini. Secara teknis empat syarat pertama akan dijalankan oleh pembuat film saat shooting. Sedangkan syarat kelima akan dijalankan oleh seorang editor di ruang editing.
Kaidah 180º
Aturan ini dibutuhkan untuk menjaga garis aksi pada sebuah adegan percakapan. Ruang di sebuah scene disusun berdasarkan apa yang disebut axis of action, the center line – garis tengah ini yang juga sering disebut garis imajiner. Aturan ini menegaskan bahwa kamera tidak boleh menyebrangi garis imajiner (lewat dari aturan main 180º) dan penting bagi kamera untuk mengikuti set up kamera pada saat establish.
Yang pertama kali harus ditentukan oleh pembuat film adalah garis imajiner (imaginary line) yang dibayangkan melintasi dua orang yang berdialog tersebut. Garis inilah yang kemudian dikenal dengan axis of action
Setelah dibelah oleh garis imajiner, area di sekitar kedua tokoh tersebut nantinya akan terbentuk dua area. Setelah itu pembuat film akan menentukan area mana yang dipilih
sebagai tempat meletakkan kamera. Dikarenakan garis imajiner adalah garis lurus, maka area yang diperbolehkan untuk meletakkan kamera tersebut tidak boleh keluar dari area 180º itu sendiri. artinya posisi kamera cenderung akan mengikuti garis lengkung 180º mengarah ke pemain. Posisi kamera dapat diletakkan dimanapun selama tidak melewati garis imajiner. Anggaplah Area 2 yang dipilih sebagai wilayah untuk meletakkan kamera. Maka shot yang awal sekali kita buat established shot. Type of shotnya dapat berukuran Long Shot (LS). Maksimum ukurannya adalah Medium Shot (MS) – yang berfungsi memperlihatkan lingkungan dari para tokoh kepada penonton.
Kemudian pembuat film dapat meletakkan kamera untuk membuat shot 2 dan selanjutnya. Type of shot yang digunakan boleh Medium shot (MS), medium close up (MCU) atau bahkan close up (CU). bila kita melakukan tahapan ini dengan benar, maka hasilnya akan
terlihat bahwa orang pertama (A) tampak berhadapan dengan orang kedua (B). Hal ini dikarenakan A tampak menghadap ke kanan frame dan B menghadap ke kiri frame. Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa kedua orang tersebut memiliki keterpaduan arah pandang (screen direction) yang tepat.
Sekali lagi, si pembuat film dapat meletakkan dimanapun asalkan tetap di Area 2. Artinya tidak diperbolehkan menyebrang ke Area 1. Dengan kata lain dilarang melewati garis imajiner. Para pembuat film di Indonesia menyebut dengan istilah Jumping untuk shot yang melewati garis imajiner. Dikarenakan bila hal itu terjadi, maka kedua orang yang sedang berdialog itu seolah-olah tidak berhadapan atau satu orang membelakangi satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar